Rabu, 20 April 2011

Tugas 3

1.      Jelaskan dengan singkat yang dimaksud dengan :

A. Pertumbuhan dan Kesenjangan

Pertumbuhan adalah Proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Ada tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam definisi tersebut, yaitu :
1.      Proses
2.      Output Per Kapita
3.      Jangka Panjang
Pertumbuhan adalah suatu proses, bukan suatu gambaran ekonomi pada suatu saat.

Simon Kuznet mendefefinisikan pertumbuhan suatu negara sebagai “Kemampuan negar itu untuk menyediakan barang-barang ekonomi yang terus meningkat bagi penduduknya, pertumbuhan kemampuan ini berdasarkan pada kemajuan teknologi kelembagaan serta penyesuaian ideologi yang dibutuhkannya”.

Dalam analisisnya yang mendalam, Kuznet memisahkan enam karakteristik yang terjadi dalam proses pertumbuhan pada hampir semua negara dan dari pendapatnya tersebut dibawah ini terlihat bahwa salah satu faktor yang sangat penting untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yaitu : Perdagangan (Ekspor).

Dua variabel ekonomi agregatif : tingginya tingkat pertumbuhan output per kapita dan populasi dan tingginya tingkat kenaikan produktivitas faktor produksi secara keseluruhan atau terutama produktivitas tenaga kerja.
Dua transformasi struktural : tingginya tingkat transformasi struktur ekonomi dan tingginya tingkat transformasi sosial dan ideologi.
Dua faktor yang mempengaruhi meluasnya pertumbuhan ekonomi internasional :
kesenderungan negara-negara maju secara ekonomi untuk menjangkau seluruh dunia untuk mendapatkan pasar (ekspor) dan bahan baku dan pertumbuhan ekonomi ini hanya di nikmati oleh sepertiga populasi dunia.

Hal ini sejalan dengan pendapat Krugman dan Obstfeit yang menyatakan secara teoritis, bahwa perdagangan Internasional terjadi karena dua alasan utama, yaitu :

a. Adanya keuntungan dalam melakukan perdagangan (gains from trade) bagi negara, dikarenakan adanya perbedaan diantara mereka mengenai faktor-faktor yang dimilikinya.
b. Untuk mencapai skala ekonomi (economies of scale) dalam produksi. Maksudnya, jika setiap negara hanya menghasilkan sejumlah barang-barang tertentu mereka dapat menghasilkan barang-barang tersebut dengan skala yang lebih besar dan karenanya lebih efisien dibandingkan jika negara tersebut mencoba untuk memproduksi segala jenis barang. Kenyataannya bahwa pola-pola perdagangan dunia yang mengakibatkan tejadinya pertumbuhan ekonomi, mencerminkan perpaduan dari dua motif tersebut diatas.

Disini nampak  aspek dinamis dari suatu perekonomian, yaitu melihat bagaimana suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Selain itu pertumbuhan memiliki sifat self-generating yaitu proses pertumbuhan itu sendiri melahirkan kekuatan atau momentum bagi timbulnya kelanjutan pertumbuhan tersebut dalam periode selanjutnya.
Sedangkan menurut teori, pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai penjelasan mengenai faktor-faktor apa saja yang menentukan kenaikan output per kapita dalam jangka panjang dan penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut berinteraksi satu sama lain, sehingga terjadi proses pertumbuhan.
Pertumbuhan ekonomi yang dinyatakan dengan kenaikan output (Produk Domestik Bruto) dan pendapatan riil perkapita memang bukanlah satu-satunya sasaran di negara-negara berkembang, namun kebijakan ekonomi dalam meningkatkan pertumbuhan output perlu dilakukan karena merupakan syarat penting untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat dan untuk mendukung tujuan kebijakan pembangunan lainnya.
Output atau PDB (Widodo, 1990) adalah nilai seluruh barang jadi dan jasa-jasa yang diperoleh dan merupakan nilai seluruh produksi yang dibuat di dalam negeri, tanpa membedakan apakah produk tersebut dibuat dari faktor produksi yang berasal dari dalam negara tersebut atau faktor produksi yang berasal dari negara-negara lain yang digunakan negara tersebut. Perlu dicatat bahwa pertumbuhan ekonomi tidak mencerminkan kemakmuran suatu negara. Oleh karena itu perlu kiranya mengukur tingkat pertumbuhan dengan menggunakan PDB perkapita sehingga tidak hanya mengukur kenaikan PDB, melainkan juga kenaikan jumlah penduduk.
Pada zaman sekarang seringkali pembangunan disamakan dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi karena orang percaya, hasil-hasil pembangunan akan dengan sendirinya menetes ke bawah (
trickle down) sebagaimana yang terjadi di negara-negara yang sekarang tergolong maju. Jadi, yang perlu diusahakan dalam pembangunan adalah bagaimana caranya untuk mencapai tujuan pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut. Bahwa pada tahap awal pembangunan (Todaro, 1998) terdapat tingkat kesenjangan pembagian pendapatan yang menyolok seperti yang ditulis oleh Simon Kuznet dalam penelitian empirisnya mengenai negara-negara maju, yang dikenal dengan kurva U terbalik. Adalah suatu hal yang wajar, keadaan ini juga akan dilalui oleh negara-negara sedang berkembang termasuk Indonesia dalam proses pembangunannya.

Kesenjangan adalah terjadinya ketimpangan dalam distribusi pendapatan antara kelompok masyarakat berpenghasilan tinggi dan kelompok masyarakat berpenghasilan rendah.

Kemiskinan dan kesenjangan ekonomi merupakan 2 masalah besar di negara-negara berkembang.Di Indonesia pada awal pemerintahan Orde Baru, pemerintah menetapkan kebijaksanaan pembangunan yang disebut dengan“TRICKLE DOWN EFFECTS” yaitu bagaimana mencapai laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dalam suatu periode yang relatif singkat. Untuk itu, maka pembangunan ekonomi nasional dimulai dari Pulau Jawa (khususnya jawa Barat), dengan alasan bahwa di Pulau Jawa sudah tersedia infrastruktur, dengan harapan bahwa hasil-hasil pembangunan itu akan menetes ke sektor dan wilayah lain di Indonesia. Akan tetapi sejarah menunjukkan bahwa setelah 10 tahun berlalu sejak Pelita I (1969) ternyata efek tersebut tidak tepat. Memang pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif tinggi pada dekade 1980-an hingga pertengahan 1990-an (sebelum krisis ekonomi), tetapi tingkat kesenjangan juga semakin besar dan jumlah orang miskin tetap banyak. Keberhasilan pembangunan ekonomi tidak hanya dilihat dari pertumbuhan ekonomi saja, tetapi yang lebih penting adalah Distribusi Peningkatan Pendapatan kepada semua anggota masyarakat. Menjelang pertengahan tahun 1997 (sebelum krisis) tingkat pendapatan perkapita Indonesi rata-rata melebihi 1.000 dollar AS. Akan tetapi apa artinya kalau hanya 10% saja dari jumlah tersebut yang menikmatinya.

B. Kemiskinan

Definisi Kemiskinan dilihat dari beberapa segi :

1. Dilihat dari standar kebutuhan hidup yang layak/ pemenuhan kebutuhan pokok

Golongan ini mengatakan bahwa kemiskinan itu adalah tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan pokok/ dasar disebabkan karena adanya kekurangan barang-barang dan pelayanan-pelayanan yang dibutuhkan untuk memenuhi standar hidup yang layak. Ini merupakan kemiskinan absolut/ mutlak yakni tidak terpenuhinya standar kebutuhan pokok/ dasar.

2. Dilihat dari segi pendapatan/penghasilan Income

Kemisikinan oleh golongan ini dilukiskan sebagai kurangnya pandapatan/ penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok.

3. Dilihat dari segi kesempatan/opportunity

Kemiskinan adalah karena ketidaksamaan kesempatan untuk mengakumulasikan (meraih) basis kekuasaan sosial meliputi :

a. Keterampilan yang memadai
b. Informasi/pengetahuan-pengetahuan yang berguna bagi kemajuan hidup
c. Jaringan-jaringan sosial/Social Network
d. Organisasi-organisasi sosial dan politik
e. Sumber-sumber modal yang diperlukan bagi peningkatan pengembangan kehidupan

4. Dilihat dari segi keadaan/kondisi

Kemiskinan sebagai suatu kondisi/keadaan yang bisa dicirikan dengan :

a. Kelaparan/Kekurangan makan dan gizi
b. Pakaian dan Perumahan yang tidak memadai
c.  Tingkat pendidikan rendah
d. Sangat sedikitnya kesempatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang pokok

5. Dilihat dari segi penguasaan terhadap sumber-sumber

Menurut golongan ini kemiskinan merupakan keterlantaran yang disebabkan olej penyebaran yang tidak merata dan sumber-sumber (malldistribution of resources), termasuk didalamnya pendapatan/Income.

6. Kemiskinan menurut Drewnowski

Drewnowski (Epi Supiadi:2003) mencoba menggunakan indikator-indiktor sosial untuk mengukur tingkat-tingkat kehidupan (the level of living index). Menurutnya terdapat tiga tingkatan kebutuhan untuk menentukan tingkat kehidupan seseorang.

a. Kehidupan fisik dasar (basic fisical needs), yang meliputi gizi/nutrisi, perlindungan/perumahan (shelter/housing) dan kesehatan.
b. Kebutuhan budaya dasar (basic cultural needs), yang meliputi pendidikan, penggunaan waktu luang dan reaksi dan jaminan sosial (social security).
c.   High Income, yang meliputi pendapatan yang surplus atau melebihi takaran.

        2.   Sebutkan dan Jelaskan faktor-faktor penyebab Kemiskinan?

Adapun faktor-faktor penyebab terjadinya kemiskinan dapat dikategorikan dalam dua hal berikut ini :

A. Faktor Internal

yaitu beberapa kekurangmampuan dalam hal :

a. Fisik misalnya cacat, kurang gizi, sakit-sakitan.
b. Intelektual misalnya kurangnya pengetahuan, kebodohan, kekurangtahuan informasi.
c. Mental emosional misalnya malas, mudah menyerah, putus asa temperamental.
d. Spiritual misalnya tidak jujur, penipu, serakah, tidak disiplin.
e. Sosial psikologis misalnya kurang motivasi, kurang percaya diri, depresi/stres, kurang relasi, kurang
    mampu mencari dukungan.
f. Keteramplan misalnya tidak mempunyai keahlian yang sesuai dengan permintaan lapangan kerja.
g. Asset misalnya tidak memiliki stok kekayaan dalam bentuk tanah, rumah, tabungan, kendaraan dan
    modal kerja.

B. Faktor Eksternal

yang menyebabkan terjadinya Kemiskinan antara lain :

a. Terbatasnya pelayanan sosial dasar.
b. Tidak dilindungi hak atas kepemilikan tanah.
c. Terbatasnya lapangan pekerjaan formal dan kurang terlindunginya usaha-usaha sektor informal.
d. Kebijakan perbankan terhadap layanan kredit makro dan tingkat bunga yang tidak mendukung sektor 
    usaha mikro.
e. Belum terciptanya sistem ekonomi kerakyatan dengan prioritas sektor riil masyarakat banyak.
f. Sistem mobilisasi dan pendayagunaan dana sosial masyarakat yang belum optimal seperti zakat.
g. Dampak sosial negatif dari program penyesuaian struktural (Struktural Adjusment Program/SAP).
h. Budaya yang kurang mendukung kemajuan dan kesejahteraan.
I. Kondisi geografis yang sulit, tandus, terpencil, atau daerah bencana.
j. Pembangunan yang lebih berorientasi fisik material.
k. Pembangunan ekonomi antar daerah yang belum merata.
l. Kebijakan publik yang belum berpihak kepada penduduk miskin.

        3.   Sebutkan dan Jelaskan problem pemerintah saat ini untuk menaggulangi kemiskinan
              di Indonesia

1. Ketidaktepatan pendekatan wilayah dan kelompk sasaran sera lemahnya kemitraan. Ini disebabkan karena meskipun jumlah dana dari sektor swasta banyak tetapi pola dan pendekatan serta lokasi tak pernah terkoordinir dengan baik. Walaupun banyak kalangan yang menangani masalah kemiskinan
tetapi harus dibarengi dengan adanya koordinasi lintas profesional, sektor dan tingkatan pemerintah. Karena sebaliknya, tanpa sinergitas dan kerjasama antar lintas kalangan, situasi ini dapat mengarah pada ketidakefektifan program dan kegiatan, tumpang tidih program, kejenuhan sasaran dan bahkan system ubuse, yang pada gilirannya dapat menjauhkan pencapaian tujuan penaggulangan kemiskinan itu sendiri.

2. konteks keberfungsian sosial sebagai tujuan akhir dari pembangunan kesejahteraan sosial (penanggulangan kemiskinan didalamnya) tujuan program selama ini belum tercapai. Program dan kegiatan pembangunan kesejahteraan sosial dalam konteks menangani masalah kemiskinan secara garis besar harus diarahka pada tiga bidang, yaitu pelayanan sosial, perlindungan sosial dan pemberdayaan masyarakat.

3. fokus kegiatan tersebut dilakukan berdasar pada kebijakan atau strategi yang bermatra pencegahan, pemyembuhan dan pengembangan. Hal ini bisa terjadi jika pendekatan program dari semua pihak dibangun dengan filosofi pekerjaan sosial.

4. Latar belakang pendidikan yang rendah di tengah-tengah ekonomi kapitalis seperti sekarang ini. Masyarakat yang dalam keadaan bersaing keras, maka yang lemah akan kalah dan tersisih.orang lemah tidak akan menjadi penentu, melainkan akan ditentukan, yakni ditentukan oleh orang-orang yang kuat. Mereka akan sangat bergantung dalam segala hal. Jika mereka sebagai buruhnya, tergantung pada pemilik perusahaan. Orang yang berpendidikan rendah, yang kebetulan berposisi sebagai buruh itu, tidak memiliki pilihan lain, kecuali menerima keadaan.

5. wilayah yang tidak memiliki sumber daya alam yang potensial. Mengembnagkan ekonomi di wilayah pegunungan tandus, siapapun akan mengalami kesulitan. Contoh yang paling mudah, mengembangkan ekonomi masyarakat pegunungan bagian selatan pulau Jawa, mulai dari Jember, Lumajang, Malang, Blitar, Tulung Agung, Trenggalek, Pacitan sampai daerah Gunung Kidul Jawa Tengah dan wilayah lain semacamnya, tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat.

6. Pola kehidupan masyarakat yang telah menjadi kultur sering kali tidak mudah diubah. Hubungan-hubungan sosial ekonomi antara majikan dan buruh, baik di daerah pertanian, nelayan dan lainnya yang sudah terlanjur menjadi kokoh sulit diubah sehingga menjadi kemiskinan tetap bertahan.

Sumber :








 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar